Makalah Strategi Pelaksanaan Kurikulum PAI 2 (SMP/MTs)




MAKALAH TELA’AH KURIKULUM PAI



Strategi Pelaksanaan Kurikulum PAI II




Disusun Oleh:
Kelompok IV
Martono
Mawardi
Karmianti



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MAKASSAR
2013

 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur ke hadirat Allah swt. atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Makalah ini disusun berdasarkan kelaziman akademik dan diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai materi tambahan untuk mempelajari materi pada tingkat yang lebih tinggi lagi.
Terkirim pula salawat kepada Nabi besar Muhammad swt. yang merupakan nabi terakhir yang diutus oleh Allah ke bumi yang merupakan suri tauladan bagi ummat manusia.
Terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan tugas berupa makalah ini tidak lain untuk melatih dan menambah wawasan kami tentang mata kuliah ini yakni Telaa’ah Kurikulum PAI”.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki kesalahan. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini membawa berkah dan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 08 April 2013

                                                                                                                           Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut UU Sisdiknas Nomor 20/2003 definisi kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian, ada tiga komponen yang termuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelaja-ran serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.
Dari pengertian kurikulum di atas, maka dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan, banyak agenda yang telah, sedang dan akan dilaksanakan seperti penataan undang-undang sistem pendidikan nasional dan berbagai perundang-undangan yang lainnya. Berbagai program inovatif ikut serta me-meriahkan upaya reformasi pendidikan seperti BBE (Broad Base Education) atau pendidikan berbasis luas, pendidikan berorientasi pada ketrampilan hidup (life skills), pendidikan untuk semua, kurikulum berbasis kompetensi, manajemen berbasis sekolah, pendidikan berbasis masyarakat, pembentukan dewan pendidikan daerah, pembentukan dewan sekolah, UAS (Ujian Akhir Sekolah), UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai alternatif dari Ebtanas, penilaian portofolio dan sebagainya.
Salah satu komponen yang sering dijadikan faktor penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum. Kritikan cukup tajam terhadap kurikulum antara lain; kurikulum terlalu padat, tidak sesuai dengan kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak, merepotkan guru dan sebaginya. Oleh karena itu akan banyak dilakukan inovasi dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi
Pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan komponen yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Para ahli kurikulum memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu siklus dari adanya keterjalinan, hubungan antara komponen kurikulum, yaitu antara komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Keempat komponen yang merupakan suatu siklus tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi satu sama lain.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis bisa menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana strategi pelaksanaan dan pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimana pengembangan kuruikulum Pendidikan Agama Islam?
3.      Apa pokok materi kurikulum Pendidikan Agama Islam?
4.      Apa Faktor Penunjang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam?








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Strategi Pelaksanaan dan Pengembangan Kurikulum
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara di dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup baik cara yang belaku secara umum, maupun cara yang berlaku dalam menyajikan setiap bidang studi, termasuk metode mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan dan perbuatan pendidikan. Maka dalam usaha melaksanakan dan mengembangkan suatu kurikulum di sekolah, dalam tulisan ini akan dipaparkan prinsip-prinsip dasar pengem-bangan kurikulum. Diantara prinsip-prinsip pengembangan kuriku-lum tersebut, yaitu:
1). Prinsip Umum
Terdapat beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan keluar yang berhubungan dengan tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkem-bangan masyarakat. Kedua, fleksibilitas, yaitu kurikulum hen-daknya memilih sifat lentur (fleksibel). Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemam-puan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak. Ketiga, kontinuitas, yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pen-galaman-pengalaman belajar yang di sediakan kurikulum hen-daknya berkesinambungan antara satu kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu ada komunikasi dan kerja sama antara pengembang kurikulum sekolah Dasar dengan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Sedangkan prinsip keempat, yaitu praktis maksudnya mu-dah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Prinsip tera-khir atau yang kelima, adalah prinsip efektivitas, yaitu walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitasnya3.
2. Prinsip Khusus
Terdapat beberapa prinsip khusus alam mengembangkan kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut berkaitan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian.
a). Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hen-daknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan men-cakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, menengah dan pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan ber-sumber pada; a) ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, b) survei tentang penadangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, c) penelitian, dan d) survei tentang manpower4.
b). Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pen-didikan yang telah ditentukan para perancana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya; a) perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengjaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana, b) isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan ketrampilan, dan c) unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c). Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar.
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hen-daknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut; a) apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran, b) apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, c) apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat, d) apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk men-capai tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik, e) apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa/guru, f) apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, g) apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan dirumah, dan h) untuk belajar ket-rampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan learning by doing disamping learning by seeing and knowing.
d). Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat bantu pengajaran yang tepat, dianataranya; a) alat/media pengajaran apa yang diperlukan, b) bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar dan lain-lain, dan c) bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar.
e). Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Penilaian merupakan kegiatan integral dari pengajaran. Un-tuk itu beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya; a) dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya mengikuti langkah-langkah; merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, b) dalam me-rencanakan suatu penilaian hendaknya memperhatikan beberapa hal, diantaranya; bagaimana kelas, usia dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di test, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test, dan berapa banyak butir test yang perlu disusun.
B.  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
1). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan komponen yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Para ahli kurikulum memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu siklus dari adanya keterjalinan, hubungan antara komponen kurikulum, yaitu antara komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Keempat komponen yang merupakan suatu siklus tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi satu sama lain.
Pengembangan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam makalah ini, diartikan sebagai, 1) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI, 2) proses yang mengkaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik, dan 3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut; 1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-ajaran Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh di Timur Tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI, 2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berfikir histor-is, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam, 3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut, dan 4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada pa-ra pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara men-capainya.
Dalam pengembangan kurikulum PAI dimulai dari kegiatan perencanaan kurikulum. Dalam menyusun perencanaan ini didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program. Ide kurikulum bisa berasal dari:
1. Visi yang dicanangkan.
Visi (vision) adalah the statement of ideas or hopes, yakni pernyataan tentang cita-cita atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka panjang.
2. Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lu-lusan), dan kebutuhan untuk studi lanjut.
3. Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan IPTEK dan zaman.
4. Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya.
5. Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.
Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian rupa un-tuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai doku-men yang antara lain berisi; informasi dan jenis dokumen yang akan dihasilkan, bentuk/format silabus, dan komponen-komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian dikembangkan dan disosialisasikan dalam proses pelaksanaannya, yang dapat berupa pengembangan kurikulum dalam bentuk satuan acara pembelajaran atau SAP, proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas, serta evaluasi pembelajaran, sehingga diketahui tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Dari evaluasi ini akan diperoleh umpan balik (feed back) untuk digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya.dengan demikian, proses pengembangan kurikulum menuntut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi itu sendiri8.
Disamping itu dalam pengembangan kurikulum, terdapat dua proses utama yaitu pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional. Dalam pedoman kurikulum, beberapa hal yang berpengaruh yaitu 1) latar belakang, yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi, struktur bahan pelajaran, 2) silabus, yang berisi matapelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni scope (ruang lingkup) dan sequence-nya (urutan pengajiannya), 3) desain evaluasi, termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum, mengenai bahan pelajaran dan organisasi bahan dan strategi instruksionalnya. Sedangkan pedoman instruksional untuk tiap matapelajaran yang dikembangkan berdasarkan sila-bus9.
Menurut Oemar Hamalik (dalam Mujamil Qomar), pengem-bangan kurikulum dapat dilaksanakan pada berbagai tingkat, mulai dari tingkat kelas sampai tingkat nasional. Urutan tingkat tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut; 1) pengembangan kurikulum pa-da tingkat guru kelas, 2) pengembangan kurikulum pada tingkat kelompok guru dalam suatu sekolah, 3) pengembangan kurikulum pada tingkat pusat guru (teacher center), 4) pengembangan kuriku-lum pada tingkat daerah, dan 5) pengembangan kurikulum pada tingkat pada tingkat nasional10.
2). Pokok Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
1). Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
Hubungan vertikal antara insan dengan khaliq-Nya mendapatkan prioritas pertama dalam penyusunan kurikulum ini, karena pokok ajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan pada anak didik. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusia dengan Allah ini mencakup segi keimana, rukun Islam dan Ihsan, termasuk di dalamnya membaca Al-Qur`an dan menulis huruf Al-Qur`an.
Untuk tingkat SD/MI aspek tersebut diberikan secara seder-hana sesuai dengan kemampuan daya berfikir murid, sehingga aspek yang banyak berhubungan dengan masalah ghaib ini dapat difahami, diresapi oleh anak didik dan selajutnya dapat mewarnai tingkah lakunya sehari-hari.
Pada jenjang SMP/MTs aspek ini diperluas pengertiannya dengan mengemukakan alasan-alasan atau dalil-dalil baik naqli maupun aqli sehingga anak didik yang telah meningkat remaja dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya mengenai segi-segi ghaib, dan selanjutnya dapat memahami alasan-alasan terdapat apa yang telah diyakininya selama ini.
Sedangkan pada jenjang SMU/MA, tiap aspek dikemukakan kepada anak didik dilengkapi dengan faedah/arti dari aspek ajaran tersebut sehingga dengan demikian mereka dapat mengerti.
2). Hubungan Manusia dengan Manusia.
Tujuan yang hendak dicapai dengan kurikulum ini men-cakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan dengan sesa-ma manusia, segi hak dan kewajiban di dalam bidang pemilikan dan jasa, kebiasaan hidup bersih dan sehat jasmaniah dan rohani-ah dan sifat-sifat kepribadian yang baik.
Pada tingkat SD/MI aspek tersebut disajikan secara seder-hana, sehingga anak didik dapat memahami secara praktis dan dapat digunakannya dalam pergaulan sehari-hari baik dengan ling-kungan keluarganya maupun dengan kawan-kawan dan tetanggan-ya. Disamping itu dapat pula memahami sesuai dengan alam pikiran mereka tentang hak dan kewajiban dalam pemilikan dan jasa, tentang bagaimana tingkah laku dalam pergaulan hidup.
Pada jenjang SMP/MTs dlengkapi dengan dalil naqli dan aqli sehingga dengan demikian aspek-aspek yang diajarkan mengenai pergaulan hidup dapat dilaksanakan dengan kesadaran bukan sekedar ikut-ikutan..
Sedangkan pada tingkat SMU/MA sudah bertambah banyak problem yang timbul dalam diri anak didik tentang arti dan kegunaan pokok-pokok ajaran agama Islam dalam pergaulan hidup. Oleh karena itu pada tingkat SMU/MA disajikan faedah dan arti dari tiap aspek hubungan manusia dengan manusia.
3). Hubungan Manusia dengan Alam.
Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untuk kehidupan anak didik, yaitu 1) mendorong anak didik untuk mengenal alam. Selanjutnya mencintai dan mengambil manfaat sebanayak-banyaknya, 2) akan mengetahui keindahan dan kehe-batan alam semesta, sehingga dengan hal demikian akan menam-bah keimanan meraka kepada Allah SWT.
Pada tingkat SD/MI disajikan dan ditumbuhkan kebiasaan untuk menyayangi tumbuh-tumbuhan, hewan dan lingkungannya serta ikut memeliharanya. Menanamkan rasa syukur atas segala nikmat Allahh, menjelaskan makanan minuman yang dibolehkan dan mana yang tidak dibolehkan oleh Allah SWT.
Pada tingkat SLTP/MTs penyajian materi tersebut dilengkapi dengan dalil naqli dan aqli, sehingga anak didik memahami bahwa apa yang diajarkan guru agamanya itu bukanlah pendapat mereka sendiri, melainkan bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Selanjutnya pada jenjang SMU/MA penyajiannya diperluas lagi dalam memperlengkapi dengan faedah dan arti dari tiap aspek yang diajarkan. Dengan demikian akan tertenamlah dalam sanubari anak didik suatu kesadaran dan dorongan untuk mengolah alam dan mengambil dari padanya, karena dengan mengolah alam untuk kemakmuran bukan hanya sekedar aspek duniawi saja tetapi juga berarti menjalankan petunjuk dan perintah Illahi.
3). Faktor Penunjang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Sistem pendidikan agama hendaknya memadukan pendeka-tan normatif deduktif yang bersumber pada sistem nilai yang mut-lak, yaitu al-Qur`an, as-Sunnah dan hukum Allah SWT yang ter-dapat di alam semesta dengan pendekatan deskriptif-induktif yang dapat melestarikan aspirasi umat dan peningkatan budaya bangsa sesuai dengan cita-cita kemerdekaan dengan perumusan program pendidikan yang didasarkan kepada konsep variabilitas.
Ketiga tipologi lembaga pendidikan (sistem tata nilai dan norma, sistem ide dan pola pikir, sisitem pola perilaku serta sistem produk budayanya) tersebut akhirnya merupakan kepentingan-kepentingan yang kurang terpadu dalam suatu sistem pendidikan Islam, sedangkan hasilnya dirasakan tidak memenuhi tujuannya. Untuk itu, secara struktural sangat diperlukan adanya organisasi, jalur dan jenjang pendidikan Islam yang mewajahi sekurang-kurangnya tiga macam tipologi tersebut sehingga memungkinkan dilaksanakannya suatu program pendidikan agama Islam yang inte-gral, sistematik, ekologik dan lentur (fleksibel).
Pendidikan agama dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional dan menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam pelaksanaan pendidikan nasional, pendidikan agama memerlukan hal-hal sebagai berikut; 1) paket-paker dasar materi pendidikan agama yang dapat menjadi pegangan hidup, dengan mempertimbangkan perkembangan jiwa, jenis, jenjang, jalur sekolah dan perkembangan kebudayaan bangsa, 2) guru agama yang cukup memenuhi syarat-syarat, 3) prasara dan sarana pen-didikan agama yang cukup dan memenuhi syarat sesuai dengan keperluan secara proporsional, dan 4) lingkungan dan suasana yang mendorong tercapainya tujuan pendidikan agama, seperti situasi sekolah, masyarakat dan peraturan perundang-undangan.
Selama ini pelaksanaan pendidikan agama di sekolah sudah banyak dilakukan pembaharuan maupun perbaikan. Terlihat perbaikan-perbaikan itu sudah menyentuh berbagai aspek, mulai dari kurikulum, bahan pelajaran, alat, pendekatan meupun tenaga pengajarnya. Hasilnya jelas, walaupun belum memenuhi tuntutan dan keinginan kita bersama. Kekurangan itu misalnya masih seringnya kita mendengar anak-anak yang sudah tamat SMP/MTs, SMU/MA bahkan Perguruan Tinggi yang masih belum terbiasa melakukan shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadlan, mem-baca al-Qur`an dan sejenisnya.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah harus mendapatkan penanganan yang serius, karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Banyak sekali unsur yang mempengaruhi keberhasilan dalam sistem pendidikan di sekolah/madrasah. Dimana antara unsur satu dengan yang lainnya sangat berhubungan.
Salah satu komponen yang menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran pendidikan adalah kurikulum yang digunakan. Begitu juga sebaliknya faktor yang menjadikan penyebab menurunnya mutu pendidikan salah satunya adalah kurikulum. Untuk itu para pelaku pendidikan terutama guru, harus mampu memahami dan menguasai kurikulum yang digunakan.
Untuk itu beberapa usaha dalam rangka untuk mengem-bangkan kurikulum, terutama kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) telah banyak dilakukan dalam rangka untuk menjawab ketertinggalan kualitas pendidikan Islam. Untuk itu keberhasilan pe-rubahan kurikulum di sekolah dan madrasah khususnya, sangat bergantung pada guru dan kepala sekolah, karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah Islam yang lain.
Selama ini Pengembangan kurikulum PAI di sekolah/madrasah, ternyata telah mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu par-adigma sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut, yaitu; 1) metode hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-ajaran Islam, dikembangkan kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI, 2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan abso-lutis kepada cara berfikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam, 3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut, dan 4) pe-rubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya.
B.     Saran
Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang dalam makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari ibu  dosen yang membawakan mata kuliah ini.




















DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul & Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Ber-basis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Ku-rikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bina Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Er-langga.
 












Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Hipermawa Bola tadi Malam